Oleh
Jajang Suryana
Di belakang Pura Beji, Sangsit, Buleleng, Bali Utara, ada sebuah pura dalem. Pura tersebut adalah pura yang berkaitan dengan urusan upacara kematian. Pura jenis ini, juga, dikaitkan dengan keberadaan Syiwa sebagai yang disungsung para penganut agama Hindu. Pura dalem selalu berada di lokasi yang terbilang sepi, dekat kuburan.
Yang unik, pada bagian penyengker (pagar luar) bangunan pura, ada sejumlah relief yang bentuk dan isinya sangat menarik. Relief masih tampak utuh sehingga bentuk-bentuk yang mengisi bingkai relief masih tampak jelas. Semua relief bercerita tentang kehidupan setelah mati. Cerita bingkai perbingkai relief berbeda-beda. Ada yang bercerita tentang hasil perbuatan manusia yang kerap berbuat zina ketika masih hidup. Dalam bingkai ini digambarkan secara vulgar bagaimana tokoh-tokoh cerita yang sedang melakukan perbuatan zina. Sangat unik. Ada juga cerita yang terkait dengan para pelaku yang tidak jujur berdagang ketika masih hidup. Ada gambaran perempuan yang tidak bisa menenun saat masih hidup, hal ini terkait dengan mitos di daerah sekitar itu, yang dikejar-kejar anjing ketika sudah di alam lain. Dan, cicak atau tokek (?) di sinipun telah menjadi tokoh cerita penting yang dikaitkan dengan hukuman bagi perempuan pelaku kegiatan buruk tertentu.
Karena berhubungan dengan upacara kematian, di pura dalem selalu dipenuhi hiasan yang menggambarkan tokoh negatif. Di sini karakter Rangda (tokoh buruk) mendominasi bentuk-bentuk patung yang menghiasi bagian bangunan pura ini.
Semua foto dibuat menggunakan Sony Ericsson K850i
No comments:
Post a Comment