Oleh Jajang Suryana
Masalah penelitian bukan judul penelitian. Masalah adalah
inti persoalan penelitian yang tersirat di dalam judul. Masalah adalah
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya.
Pertimbangan-pertimbangan memilih
masalah penelitian: 1) segi keilmuan (: kebernaran ilmiah, kemampuan peneliti,
moral keilmuan); 2) metode keilmuan (: dapat dipecahkan melalui langkah-langkah
berpikir ilmiah); 3) kepentingan dan manfaat (: tingkat pendidikan, kedalaman,
nilai guna bagi ilmu dan praktik); 4) hal-hal teknis (: menarik perhatian
peneliti, situasional).
Penelitian-penelitian yang
bertujuan untuk meramalkan sesuatu selalu harus dimulai dengan perumusan
jawaban sementara (hipotesis, yang akan dibuktikan melalui penelitian).
Kegiatan penelitian bergerak dari tahap konsepsional ke tahap operasional.
Pada tahap konsepsional peneliti
menguraikan hal-hal yang abstrak tentang konsep
(generalisasi tentang hal-hal khusus: merah, hijau, biru adalah “warna”;
membaca buku, mendengarkan kuliah, adalah “belajar”); konstruk (ciri-ciri konsep yang dapat diamati dan diukur: “lapar”
dioperasionalisasikan dengan perasaan sakit karena tidak makan selama 24 jam);
dan variabel (nilai konstruk yang
bisa diukur secara kuantitatif atau kualitatif).
Kategori variabel: 1) variabel
bebas dan tak bebas; 2) variabel aktif dan atribut; 3) variabel kontinyu dan
kategoris/diskret.
Hipotesis Penelitian dan Pengujian
Hipotesis menghubungkan teori
dengan dunia empiris. Manfaat hipotesis untuk memudahkan peneliti dalam menarik
simpulan penelitian. Teori tidak dapat diuji. Supaya dapat diuji, teori harus
dirinci menjadi proposisi-proposisi. Proposisi ini sering disebut hipotesis
(Rakhmat, 1989: 18-19). Hipotesis memberikan manfaat dalam penelitian, misalnya
dalam menentukan proses pengumpulan data seperti penentuan metode, instrumen
yang harus digunakan, sampel (terok) atau sumber data, dan teknik analisis
data. Di samping itu, hipotesis bermanfaat dalam menjelaskan gejala yang
diteliti, yang dapat dilihat dari pernyataan hubungan variabel-variabel
penelitian. Hasil pengujian hipotesis bermanfaat dalam perumusan
simpulan-simpulan penelitian (Sudjana, 1988: 37-38).
Hipotesis harus menggunakan
logika berpikir rasional maupun empiris. Oleh karena itu, sumber hipotesis bisa
dari hasil berpikir rasional (: deduktif) atau dari hasil berpikir empiris (:
induktif). Hipotesis diturunkan dari teori pengetahuan ilmiah (Sudjana, ibid. hal. 38-39).
Seperti dikutip oleh Rakhmat, Goode
dan Hatt (1952, 67-73) menyebutkan bahwa rumusan hipotesis yang baik harus: 1) Jelas secara konseptual:
konsep didefinisikan secara operasional. Pendefinisian konsep bisa dengan kata-kata; dalam operasi tertentu (indeks
pengukuran, jenis observasi); atau
dengan cara menghubungkannya dengan konsep lain yang terdapat dalam penelitian
sebelumnya. 2) Mempunyai rujukan empiris: tidak boleh mengandung
konsep-konsep yang merupakan penilaian (value
judgements). Kata-kata seperti seharusnya,
baik, efektif, lebih mencerminkan sikap daripada gejala empiris. 3)
Bersifat spesifik: supaya hipotesis mudah diukur, hipotesis dijabarkan dalam
subhipotesis yang subjek, waktu, target, dan hubungan-hubungannya dinyatakan
secara jelas dan eksplisit. 4) Dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada:
penggunaan alat ukur yang pernah digunakan (pelajari juga lengkap dengan
kritik-kritik yang bersangkutan dengan alat ukur tersebut). 5) Berkaitan dengan
suatu teori: menolak, mendukung, atau meneguhkan teori, oleh karena itu
perumusan hipotesis memerlukan penelaahan pustaka.
(Rakhmat, op. cit., hal. 18-21)
Perumusan hipotesis bisa disusun
dengan pola pernyataan tidak ada hubungan, tidak ada perbedaan,
tidak ada pengaruh, dan
sejenisnya, yang biasa disebut hipotesis nol, hipotesis tak berarah (:
hipotesis yang kurang tajam). Hipotesis itu bisa juga disusun dengan pola
pernyataan ada hubungan, ada perbedaan, ada pengaruh atau sejenisnya yang disebut hipotesis penelitian,
hipotesis berarah (: hipotesis yang mempunyai alasan kuat dan rasional).
Pengujian hipotesis dilakukan
melalui data empiris, dengan melakukan verifikasi data di lapangan. Pengumpulan
data bisa berangkat dari tindakan sengaja
yang dilakukan peneliti, melalui eksperimen,
atau dari hasil perlakuan orang lain.
Dalam kegiatan eksperimen, peneliti menentukan beberapa kelompok objek
penelitian (biasanya 2 kelompok). Kelompok pertama diberi perlakuan (kelompok
eksperimen) sesuai dengan kondisi
(variabel bebas) yang diciptakan peneliti; kelompok kedua tidak diberi
perlakuan (kelompok kontrol). Hasil masing-masing kelompok akan menjadi
variabel terikat, varibel tak bebas (Sudjana, op. cit., hal. 44-45). Variabel bebas adalah variabel yang diduga
menjadi penyebab atau pendahulu bagi variabel lain (: Jika A, maka B. A variabel bebas. B variabel terikat, tak bebas). Variabel yang lain adalah variabel
aktif, variabel yang dapat dimanipulasi, dapat dikendalikan (: suhu ruangan,
situasi pembelajaran, jumlah perhatian); dan variabel atribut, variabel yang
sudah jadi, tak dapat dikendalikan atau dimanipulasi (: usia, jenis kelamin, status sosial,
tingkat kecerdasan, pembawaan). Di samping itu, ada juga yang disebut dengan
variabel kontinyu (secara teoretis bisa mempunyai nilai bergerak: tinggi orang boleh jadi 1,5, 1,53,
1,534, dan sebagainya), dan variabel diskret (hanya mempunyai satu nilai:
jumlah anak yang dimiliki, misalnya: 1, 2, 3, yang tidak mungkin ada pecahan)
[Rakhmat, op. cit., hal. 17-19].
Data, Alat Pengumpul Data, dan Kemungkinan Analisisnya
Verifikasi atau proses
pengumpulan data sangat diperlukan untuk
menguji hipotesis. Proses pengumpulan data (kuantitatif: ukuran jumlah;
kualitatif: ukuran nilai) bersangkut paut dengan tiga hal: metode dan instrumen;
sampel (terok) atau sumber data; dan teknik analisis data. Dalam menetapkan
ketiga unsur tadi harus memperhatikan masalah: hakikat variabel yang diteliti
(: jika variabel harus diadakan oleh peneliti, maka metode yang harus digunakan
adalah metode eksperimen; jika variabel telah ada atau telah terjadi karena
perlakuan orang lain, maka bisa digunakan metode deskriptif, ex post facto).
Definisi konsep atau definisi
operasional setiap variabel menentukan jenis data sekaligus alat pengumpul
data. Definisi produktivitas kerja,
misalnya, adalah kemampuan meningkatkan
produksi benda, oleh karena itu secara operasional data bertalian dengan jumlah dan jenis benda yang dibuat, waktu yang dibutuhkan, dan kapasitas kemampuan mengadakan benda produk
setiap objek yang diteliti dalam kurun waktu tertentu. Alat pengumpul data
bisa berupa lembar kuesioner atau panduan wawancara. Jawaban yang dikehendaki
dalam tujuan penelitian dan manfaat hasil penelitian yang diharapkan, menjadi
informasi awal yang akan memberi petunjuk terhadap jenis data, sumber data, dan
cara analisis data yang diperlukan (Sudjana, op. cit., hal. 50-51).
Jenis data, ada yang bersifat
kuantitatif, ada juga yang kualitatif. Data kuantitatif memerlukan pendekatan
kuantitatif, lebih banyak melibatkan perhitungan (persentase, rata-rata,
jumlah, yang statistikal). Data kualitatif mengharuskan penggunaan pendekatan
yang kualitatif (analisis kecenderungan, analisis isi, tafsiran, kaji tanda,
yang kualitatif). Data bisa didapatkan dari sumber pertama (data primer),
sumber kedua (data sekunder), dan seterusnya.
Sumber data utama, khusus dalam
penelitian kualitatif, seperti disebutkan oleh Lofland dan Lofland (1984: 47),
terdiri atas kata-kata dan tindakan, selebihnya (seperti dokumen)
adalah data tambahan. Data kata-kata dan tindakan yang didapat dari orang yang
diwawancarai atau diamati merupakan data dari sumber data
utama. Sumber tertulis merupakan sumber tambahan, tetapi tidak bisa diabaikan. Sumber tertulis itu bisa berupa buku dan
majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Foto, kini, juga sudah banyak digunakan sebagai sumber data
penelitian kualitatif. Foto bisa berupa foto buatan orang lain maupun buatan
peneliti. Data statistik biasa juga
digunakan dalam penelitian kualitatif untuk melihat gambaran kecenderungan
subjek pada latar penelitian dan data tentang
komposisi distribusi. Tetapi, pada batas-batas tertentu, data statistik
yang bersifat hasil generalisasi, mengurangi makna subjek secara perseorangan
yang unik dan utuh (Moleong, 1991: 111-117).
Sumber Rujukan
1. Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
(halaman 111 s.d. 117)
2. Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Metode
Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya (halaman
17 s.d. 21)
3. Sudjana, Nana. 1988. Tuntunan
Penyusunan Karya Ilmiah Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi.
Bandung: Sinar Baru (halaman 37 s.d. 39 dan 50 s.d. 51)