Monday, 11 May 2015

Masalah Penelitian dan Cara Merumuskannya

Oleh Jajang Suryana


Masalah penelitian bukan judul penelitian. Masalah adalah inti persoalan penelitian yang tersirat di dalam judul. Masalah adalah pertanyaan-pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya.

Pertimbangan-pertimbangan memilih masalah penelitian: 1) segi keilmuan (: kebernaran ilmiah, kemampuan peneliti, moral keilmuan); 2) metode keilmuan (: dapat dipecahkan melalui langkah-langkah berpikir ilmiah); 3) kepentingan dan manfaat (: tingkat pendidikan, kedalaman, nilai guna bagi ilmu dan praktik); 4) hal-hal teknis (: menarik perhatian peneliti, situasional).

Penelitian-penelitian yang bertujuan untuk meramalkan sesuatu selalu harus dimulai dengan perumusan jawaban sementara (hipotesis, yang akan dibuktikan melalui penelitian). Kegiatan penelitian bergerak dari tahap konsepsional ke tahap operasional.

Pada tahap konsepsional peneliti menguraikan hal-hal yang abstrak tentang konsep (generalisasi tentang hal-hal khusus: merah, hijau, biru adalah “warna”; membaca buku, mendengarkan kuliah, adalah “belajar”); konstruk (ciri-ciri konsep yang dapat diamati dan diukur: “lapar” dioperasionalisasikan dengan perasaan sakit karena tidak makan selama 24 jam); dan variabel (nilai konstruk yang bisa diukur secara kuantitatif atau kualitatif).

Kategori variabel: 1) variabel bebas dan tak bebas; 2) variabel aktif dan atribut; 3) variabel kontinyu dan kategoris/diskret.

Hipotesis Penelitian dan Pengujian

Hipotesis menghubungkan teori dengan dunia empiris. Manfaat hipotesis untuk memudahkan peneliti dalam menarik simpulan penelitian. Teori tidak dapat diuji. Supaya dapat diuji, teori harus dirinci menjadi proposisi-proposisi. Proposisi ini sering disebut hipotesis (Rakhmat, 1989: 18-19). Hipotesis memberikan manfaat dalam penelitian, misalnya dalam menentukan proses pengumpulan data seperti penentuan metode, instrumen yang harus digunakan, sampel (terok) atau sumber data, dan teknik analisis data. Di samping itu, hipotesis bermanfaat dalam menjelaskan gejala yang diteliti, yang dapat dilihat dari pernyataan hubungan variabel-variabel penelitian. Hasil pengujian hipotesis bermanfaat dalam perumusan simpulan-simpulan penelitian (Sudjana, 1988: 37-38).

Hipotesis harus menggunakan logika berpikir rasional maupun empiris. Oleh karena itu, sumber hipotesis bisa dari hasil berpikir rasional (: deduktif) atau dari hasil berpikir empiris (: induktif). Hipotesis diturunkan dari teori pengetahuan ilmiah (Sudjana, ibid. hal. 38-39).

Seperti dikutip oleh Rakhmat, Goode dan Hatt (1952, 67-73) menyebutkan bahwa rumusan hipotesis yang baik harus: 1) Jelas secara konseptual: konsep didefinisikan secara operasional. Pendefinisian konsep bisa dengan kata-kata; dalam operasi tertentu (indeks pengukuran, jenis observasi); atau dengan cara menghubungkannya dengan konsep lain yang terdapat dalam penelitian sebelumnya. 2) Mempunyai rujukan empiris: tidak boleh mengandung konsep-konsep yang merupakan penilaian (value judgements). Kata-kata seperti seharusnya, baik, efektif, lebih mencerminkan sikap daripada gejala empiris. 3) Bersifat spesifik: supaya hipotesis mudah diukur, hipotesis dijabarkan dalam subhipotesis yang subjek, waktu, target, dan hubungan-hubungannya dinyatakan secara jelas dan eksplisit. 4) Dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada: penggunaan alat ukur yang pernah digunakan (pelajari juga lengkap dengan kritik-kritik yang bersangkutan dengan alat ukur tersebut). 5) Berkaitan dengan suatu teori: menolak, mendukung, atau meneguhkan teori, oleh karena itu perumusan hipotesis memerlukan penelaahan pustaka.
(Rakhmat, op. cit., hal. 18-21)

Perumusan hipotesis bisa disusun dengan pola pernyataan tidak ada hubungan, tidak ada perbedaan, tidak ada pengaruh, dan sejenisnya, yang biasa disebut hipotesis nol, hipotesis tak berarah (: hipotesis yang kurang tajam). Hipotesis itu bisa juga disusun dengan pola pernyataan ada hubungan, ada perbedaan, ada pengaruh atau sejenisnya yang disebut hipotesis penelitian, hipotesis berarah (: hipotesis yang mempunyai alasan kuat dan rasional).

Pengujian hipotesis dilakukan melalui data empiris, dengan melakukan verifikasi data di lapangan. Pengumpulan data bisa berangkat dari tindakan sengaja yang dilakukan peneliti, melalui eksperimen, atau dari hasil perlakuan orang lain. Dalam kegiatan eksperimen, peneliti menentukan beberapa kelompok objek penelitian (biasanya 2 kelompok). Kelompok pertama diberi perlakuan (kelompok eksperimen) sesuai dengan kondisi (variabel bebas) yang diciptakan peneliti; kelompok kedua tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol). Hasil masing-masing kelompok akan menjadi variabel terikat, varibel tak bebas (Sudjana, op. cit., hal. 44-45). Variabel bebas adalah variabel yang diduga menjadi penyebab atau pendahulu bagi variabel lain (: Jika A, maka B. A variabel bebas. B variabel terikat, tak bebas). Variabel yang lain adalah variabel aktif, variabel yang dapat dimanipulasi, dapat dikendalikan (: suhu ruangan, situasi pembelajaran, jumlah perhatian); dan variabel atribut, variabel yang sudah jadi, tak dapat dikendalikan atau dimanipulasi     (: usia, jenis kelamin, status sosial, tingkat kecerdasan, pembawaan). Di samping itu, ada juga yang disebut dengan variabel kontinyu (secara teoretis bisa mempunyai nilai  bergerak: tinggi orang boleh jadi 1,5, 1,53, 1,534, dan sebagainya), dan variabel diskret (hanya mempunyai satu nilai: jumlah anak yang dimiliki, misalnya: 1, 2, 3, yang tidak mungkin ada pecahan) [Rakhmat, op. cit., hal. 17-19].

Data, Alat Pengumpul Data, dan Kemungkinan Analisisnya

Verifikasi atau proses pengumpulan data sangat diperlukan untuk  menguji hipotesis. Proses pengumpulan data (kuantitatif: ukuran jumlah; kualitatif: ukuran nilai) bersangkut paut dengan tiga hal: metode dan instrumen; sampel (terok) atau sumber data; dan teknik analisis data. Dalam menetapkan ketiga unsur tadi harus memperhatikan masalah: hakikat variabel yang diteliti (: jika variabel harus diadakan oleh peneliti, maka metode yang harus digunakan adalah metode eksperimen; jika variabel telah ada atau telah terjadi karena perlakuan orang lain, maka bisa digunakan metode deskriptif, ex post facto).

Definisi konsep atau definisi operasional setiap variabel menentukan jenis data sekaligus alat pengumpul data. Definisi produktivitas kerja, misalnya, adalah kemampuan meningkatkan produksi benda, oleh karena itu secara operasional data bertalian dengan jumlah dan jenis benda yang dibuat, waktu yang dibutuhkan, dan kapasitas kemampuan mengadakan benda produk setiap objek yang diteliti dalam kurun waktu tertentu. Alat pengumpul data bisa berupa lembar kuesioner atau panduan wawancara. Jawaban yang dikehendaki dalam tujuan penelitian dan manfaat hasil penelitian yang diharapkan, menjadi informasi awal yang akan memberi petunjuk terhadap jenis data, sumber data, dan cara analisis data yang diperlukan (Sudjana, op. cit., hal. 50-51).

Jenis data, ada yang bersifat kuantitatif, ada juga yang kualitatif. Data kuantitatif memerlukan pendekatan kuantitatif, lebih banyak melibatkan perhitungan (persentase, rata-rata, jumlah, yang statistikal). Data kualitatif mengharuskan penggunaan pendekatan yang kualitatif (analisis kecenderungan, analisis isi, tafsiran, kaji tanda, yang kualitatif). Data bisa didapatkan dari sumber pertama (data primer), sumber kedua (data sekunder), dan seterusnya.  

Sumber data utama, khusus dalam penelitian kualitatif, seperti disebutkan oleh Lofland dan Lofland (1984: 47), terdiri atas kata-kata dan tindakan, selebihnya (seperti dokumen) adalah data tambahan. Data kata-kata dan tindakan yang didapat dari orang yang diwawancarai atau diamati merupakan data dari sumber data utama. Sumber tertulis merupakan sumber tambahan, tetapi tidak bisa diabaikan. Sumber tertulis itu bisa berupa buku dan majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Foto, kini, juga sudah banyak digunakan sebagai sumber data penelitian kualitatif. Foto bisa berupa foto buatan orang lain maupun buatan peneliti. Data statistik biasa juga digunakan dalam penelitian kualitatif untuk melihat gambaran kecenderungan subjek pada latar penelitian dan data tentang  komposisi distribusi. Tetapi, pada batas-batas tertentu, data statistik yang bersifat hasil generalisasi, mengurangi makna subjek secara perseorangan yang unik dan utuh (Moleong, 1991: 111-117).  

Sumber Rujukan

1. Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya         
       (halaman 111 s.d. 117)
2. Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya (halaman 
       17 s.d. 21)
3. Sudjana, Nana. 1988. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi
       Bandung: Sinar Baru (halaman 37 s.d. 39 dan 50 s.d. 51)